keluarga yang penuh dengan cinta kasih, sukses di rumah, sukses di kantor

keluarga yang penuh dengan cinta kasih, sukses di rumah, sukses di kantor

Senin, 09 April 2012

Pentingnya Ilmu? Silakan, pendapat siapa yang akan ada ambil... hehehe

"BERHATI-HATILAH DENGAN ORANG YANG MEMBANGGAKAN KEBERHASILANNYA WALAUPUN DIA BERPENDIDIKAN RENDAH. ITU TIDAK BOLEH DIJADIKAN DALIL. PENDIDIKAN ITU PENTING. BUKTINYA, DENGAN PENDIDIKAN YANG SEDIKIT SAJA, DIA BISA BERHASIL, APALAGI JIKA DIA TERDIDIK DENGAN LEBIH BAIK. BUKANKAH KITA DIANJURKAN UNTUK MENUNTUT ILMU SAMPAI KE NEGERI CINA? DENGAN ILMU, SEGALA SESUATU BISA MENCAPAI KUALITAS TERTINGGINYA."

- Mario Teguh -



"MAU KAYA? BERHENTILAH SEKOLAH ATAU BERHENTILAH KULIAH SEKARANG JUGA, AND START ACTION, KARENA ILMU DI LAPANGAN LEBIH PENTING DARIPADA ILMU DI SEKOLAHAN ATAU KULIAHAN."

- Bob Sadino -

tapi ini dibaca dulu yah.........

Sepuluh kiat untuk mencari ilmu

 Ini adalah suatu kalimat yang ringkas padanya ada penjelasan penting yang dibutuhkan oleh orang-orang yang berkeinginan menempuh jalan menuntut ilmu, maka barangsiapa yang berkeinginan menuntut ilmu dan mendapatkan ilmu semestinya baginya memperhatikan 10 prinsip ini :

Mencari ilmu

1. Memohon pertolongan Alloh Ta’ala

Setiap orang adalah lemah tidak bisa merubah dan tidak juga memiliki kekuatan melainkan hanya Alloh Ta’ala, maka apabila urusannya diserahkan pada dirinya urusan itu akan rusak atau terlantar dan jika urusannya diserahkan kepada Alloh Ta’ala maka Alloh Ta’ala akan menolongnya, Sungguh Alloh Ta’ala telah menganjurkan atas yang demikian itu di dalam kitabNya yang mulia, Alloh Subhanahu wa Ta’ala mengatakan :
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“hanya kepadaMulah kami menyembah dan hanya kepadaMulah kami meminta pertolongan”.(QS. Al Fatihah : 5).
dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala mengatakan :
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“dan barangsiapa yang bertawakal kepada Alloh maka Dia akan mencukupinya”.(Qs. Ath Tholaq : 3).
dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala mengatakan :
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“dan kepada Allohlah hendaknya kalian bertawakal jika benar-benar kalian orang-orang yang beriman”.(QS. Al Maidah : 23).
dan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata :
لو أنكم توكلون على الله حق توكله لرزقكم كما يرزق الطير، تغدو خماصا، و تروح بطانا
“seandainya kalian sungguh orang-orang yang bertawakal hanya kepada Alloh dengan sebenar-benar tawakal kepadaNya, tentu Alloh akan memberikan rizqi pada kalian sebagaimana Alloh memberikan rizqi kepada burung, burung itu berpagi pagi dalam keadaan perutnya lapar dan diwaktu sore dalam keadaan perutnya kenyang”.(HR. Ahmad no.205, At-Tirmidziy no.2344 dari ‘Umar bin Khaththob rodhiyallohu ‘anhu, lihat Ash-Shohiihah no.310)
Dan seagung-agungnya rizqi adalah ilmu.
Adalah Nabi kita Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam senantiasa bertawakal dan meminta pertolongan kepada Robbnya pada semua urusan beliau, pada do’a keluar rumah yang tsabit dari Nabi Shollallohu ‘alaihi wa Sallam, menunjukkan atas yang demikian itu bahwa beliau berdo’a :
بسم الله توكلت على الله ولا حول ولا قوت إلا بالله
“dengan menyebut nama Alloh aku bertawakal kepada Alloh dan tidak ada yang mampu merubah dan tidak pula kekuatan melainkan hanya Alloh”

2. Niat yang baik

Seseorang hendaknya menjadikan niatnya semata-mata untuk Alloh Ta’ala di saat menuntut ilmu dalam keadaan mengikhlaskan semata-mata untuk Alloh Ta’ala bukan karena sum’ah atau ketenaran atau karena menginginkan perhiasan dunia.
Barangsiapa yang menjadikan niatnya semata-mata untuk Alloh Ta’ala, Dia akan memberikan pahala atas yang demikian itu, karena ilmu adalah ibadah bahkan paling agungnya ibadah.
Dan tidaklah amalan seorang hamba itu mendapatkan pahala melainkan apabila ia ikhlas semata-mata untuk Alloh Ta’ala dan ittiba’ kepada Rosululloh shollalohu ‘alaihi wa sallam, Alloh Subhanahu wa Ta’ala mengatakan :
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوا وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ
“sesungguhnya Alloh bersama dengan orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang mereka itu berbuat baik”.(QS. An Nahl : 128).
Dan paling agungnya taqwa adalah mengikhlaskan niat untuk Alloh Ta’ala semata, sedangkan orang yang riya’ lebih-lebih dalam menuntut ilmu ia akan mengalami kerugian di dunia sedangkan di akhirat ia akan mendapatkan siksa, sebagaimana kisah tentang tiga orang yang pertama kali ditelungkupkan wajahnya ke dalam neraka jahanam, diantara mereka adalah seseorang yang mencari ilmu supaya disebut sebagai orang yang alim dan sungguh di dunia ia telah mendapatkannya.

3. Merendahkan diri dihadapan Alloh Ta’ala dan meminta kepadaNya taufik dan kelurusan

Hendaknya seorang hamba berdo’a pada Robbnya meminta agar ditambah ilmu yang bermanfaa’at disaat menuntut ilmu, sebab seorang hamba itu faqir butuh kepada Alloh Ta’ala di atas puncak kebutuhan. Alloh subhanahu wa ta’ala memberikan anjuran pada hambaNya untuk meminta kepadaNya dan merendahkan diri dihadapanNya, Alloh Ta’ala mengatakan :
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“berdo’alah kepadaKu niscaya Aku akan kabulkan”.(QS. Ghofir : 60).
Dan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata :
ينزل ربنا كل ليلة إلى سماء الدنيا، فيقول : من يدعوني فأ ستجيب له، من يسألني فأعطيه، ومن يستغفرني فأغفر له
“setiap malam Robb kita turun kelangit dunia, kemudian mengatakan : “barangsiapa yang berdo’a kepadaKu maka Aku akan kabulkan untuknya, barangsiapa yang meminta kepadaKu Aku akan memberi untuknya dan barangsiapa yang memohon ampun padaKu maka Aku akan mengampuninya”.
Alloh ‘Azza wa Jalla memerintahkan pada NabiNya untuk meminta kepadaNya tambahan berupa ilmu, Alloh Ta’ala mengatakan  :
وَقُل رَّبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“katakanlah wahai (Muhammad) wahai Robbku tambahlah untukku ilmu”.(QS. Toha : 114).
Dan Aloh Ta’ala mengatakan atas lisannya Ibrohim ‘alaihi as salam :
رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
“wahai Robbku berikanlah padaku hikmah dan sertakanlah (kumpulkalah) aku dengan orang-orang yang sholih”.(QS. Asy Syu’aro’ : 83).
dan (حُكْمً) dalam ayat ini adalah ilmu sebagaimana apa yang telah dikatakan oleh Nabi Shollallohu ‘alaihi wa Sallam :
إذا اجتهد الحاكم
“apabila seorang yang memiliki ilmu berijtihad”.
Dan Nabi shollalohu ‘alaihi wa sallam mendo’akan Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu supaya hafal dan beliau juga mendo’akan Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma supaya memiliki ilmu, Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam mengatakan :
اللهم فقهه في الدين، وعلمه التأو يل
“Wahai Alloh faqihkanlah ia dalam perkara agama dan ajarilah ia takwil’.
Maka Alloh Ta’ala mengkabulkan do’a NabiNya, maka Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu tidaklah beliau mendengar sesuatu melainkan beliau menghafalnya, demikian juga Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma sebagai tintanya umat dan penerjemah al qur’an.
Para ulama senantiasa diatas sifat merendahkan diri di hadapan Alloh Ta’ala dan mereka senantiasa meminta kepada Alloh Ta’ala ilmu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahulloh Ta’ala beliau pergi ke masjid kemudian beliau sujud kepada Alloh Ta’ala dan meminta kepadaNya, seraya berdo’a :
يا معلم إبراهيم علمني، ويا مفهم سليمان همني
“wahai Pengajarnya Ibrohim ajarilah aku, wahai yang memahamkan Sulaiman fahamkanlah aku”
maka Alloh Ta’ala kabulkan do’a beliau sampai-sampai Ibnu Daqiqil ‘Ied berkata tentang beliau : “sungguh Alloh Ta’ala telah mengumpulkan untuk beliau ilmu sehingga seakan-akan antara kedua mata beliau mengambil apa yang beliau kehendaki dan meninggalkan apa yang beliau kehendaki”.

4. Bagusnya hati

Hati  adalah wadahnya ilmu, maka seandainya keadaan wadah itu baik tentu akan mampu menyimpan ilmu dan menjaganya, dan seandainya wadah itu rusak tentu tersia-siakanlah ilmu itu.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa salam telah menjadikan hati sebagai asas dari segala sesuatu, beliau mengatakan :
ألا وإن في الجسد مضغة، إذا صلحت صلح الجسد كله، وإذ فسدت فسد الجسد له، ألا وهي القلب
” ketahuilah sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging , apabila daging itu baik maka baiklah seluruh jasad dan apabila segumpal daging itu rusak maka rusaklah seluruh jasad, ketahuilah ia adalah hati”.
Dan keberadaan bagusnya hati dengan sebab ma’rifatulloh Ta’ala dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatanNya serta memikirkan makhluk ciptaanNya dan ayat-ayatNya
Demikian pula sebab bagusnya hati dengan mentadabburi Al Qur’an yang agung.
Dan demikian juga dengan memperbanyak sujud dan sholat malam.
Menjahui perusak-perusak hati dan penyakit-penyakit hati demikian juga sebagai sebab bagusnya hati, maka apabila didapati di dalam hati perusak dan penyakit hati maka hati tidak akan mampu membawa ilmu, seandainya pun mampu membawa ilmu maka ia tidak akan bisa memahaminya, sebagaimana Alloh Ta’ala katakan tentang orang-orang munafik yang sakit hatinya :
لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا
” mereka memiliki hati akan tetapi mereka tidak memahami Al Qur’an”.(QS. Al A’rof : 179).
Dan penyakit-penyakit hati ada 2 macam :
  1. Syahwat, seperti cinta dunia dan keledzatannya, sibuk dengan dunia, senang dengan gambar yang memiliki ruh,  mendengarkan hal-hal yang harom berupa suara seruling dan nyanyian demikian juga melihat hal-hal yang harom.
  2. Syubhat, seperti keyakinan-keyakinan yang rusak, amalan-malan bid’ah, pemikiran yang rusak dan menyesatkan serta bid’ah yang menyelisihi jalannya salaf ash sholih.
Dan termasuk perusak-perusak hati adalah membendung dari ilmu seperti sifat hasad, pendemdam dan sombong.
Demikian juga termasuk perusak hati adalah banyak tidur, banyak bicara dan banyak makan, maka hendaknya engkau menjahui penyakit-penyakit hati ini serta perusak-perusaknya.

5. Kecerdasan

Kecerdasan itu ada yang bersifat tabiat dan ada juga karena usaha, maka seandainya seseorang pandai karena tabiat ia akan kuat dan jika tidak ia harus melatih dirinya sehingga ia bisa meraihnya.
Dan kepandaian adalah sebagai salah satu sebab yang kuat untuk meraih ilmu, pemahaman, hafalan, dan bisa memilah-milah permasalahan serta mengkompromikan dalil-dalil dan selain demikian itu.
keenam, semangat untuk meraih ilmu, semangat menempuh sebab-sebab meraih ilmu dan semangat meminta pertolongan Alloh Ta’ala
Alloh Ta’ala mengatakan :
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوا وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ
“sesungguhnya Alloh bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang mereka berbuat baik”.(QS. An Nahl : 128).
Apabila manusia mengetahui betapa pentingnya sesuatu ia akan semangat untuk meraih sesuatu tersebut dan ilmu paling agungnya dari sesuatu yang ingin diraih oleh seseorang.
Maka wajib bagi para penuntut ilmu untuk semangat menghafal ilmu dan memahaminya, bermajelis dengan para ulama dan mengambil ilmu langsung dari mereka, semangat memperbanyak qiro’ah, menyibukkan umurnya dan waktu-waktunya serta betul-betul menjaga waktu-waktunya tersebut.

7. Bersungguh-sungguh, berjuang dan ulet untuk meraih ilmu

Menjahui sifat malas dan lemah serta melawan hawa nafsu dan syaithon, maka nafsu dan syaithon keduanya sangat ulet menggelincirkan para penuntut ilmu.
Dan termasuk sebab-sebab yang membantu dalam perjuangan menuntut ilmu adalah membaca sejarah para ulama, tentang bagaimana kesabaran mereka dan bagaimana suka dukanya mereka dalam menuntut ilmu, rihlahnya mereka dalam meraih ilmu dan hadits.
8. Modal
Modal adalah hal yang bisa menghantarkan seorang penuntut ilmu meraih apa yang dia inginkan berupa ilmu dan kekuatan, dan modal yang dimaksudkan adalah hafalan dan pemahaman serta sarana-sarana penunjang.

9. Mengambil ilmu dari seorang guru

Maka ilmu diambil dari pemahaman para ulama sehingga tertanam pada seorang penuntut ilmu pondasi yang benar, maka wajib baginya bermajelis di depan para ulama dan mengambil langsung ilmu dari mereka karena hal ini akan menjadikannya di atas kaidah-kaidah yang benar, pelafadzan yang benar terhadap nash Al Qur’an dan Hadits agar tidak terjatuh pada kekeliruan serta perubahan, pemahaman yang benar sebagaimana yang diinginkan syar’i dan lebih dari pada itu dengan sebab yang demikian itu ia akan mendapatkan faidah dari seorang alim berupa adab, akhlaq, waro’.
Dan wajib bagi setiap penuntut ilmu menjauhi menjadikan kitabnya sebagai syaikhnya, maka sesungguhnya barangsiapa yang menjadikan kitabnya sebagai syaikhnya niscaya akan terjatuh pada banyak kesalahan dan sedikit benarnya.
Senantiasa perkara ini berlangsung pada umat ini hingga zaman kita sekarang, dan tidaklah nampak seseorang itu dikatakan memiliki ilmu melainkan ia terdidik  dari tangan seorang ulama.

10. Butuh waktu yang panjang

Tidaklah cukup bagi seorang penuntut ilmu sempurna ilmunya dalam waktu semalam atau dua malam atau setahun atau dua tahun bahkan seorang penuntut ilmu butuh kesabaran selama bertahun tahun.
Al Qodhi ‘iyadh rohimahuloh pernah ditanya : “sampai kapankah seorang penuntut ilmu belajar?”, maka beliau menjawab : “sampai mati lalu dituangkan tintanya di atas kuburannya”.
Dan Al Imam Ahmad rohimahuloh berkata : “aku duduk untuk membahas kitabul haid kurang lebih selama sembilan tahun lamanya dan aku baru memahaminya”.
Begitulah senantiasa penuntut ilmu yang cerdas mereka bermajelis di depan para ulama selama sepuluh tahun atau dua puluh tahun bahkan sebagian mereka duduk bermajelis hingga maut menjemputnya.
Maka inilah prinsip-prinsip yang semestinya diperhatikan oleh para penuntut ilmu supaya ia mampu meraih ilmu.
Aku memohon kepada Alloh Ta’ala memberikan taufiq kepadaku dan kalian meraih ilmu yang bermanfa’at dan amal sholih. Sholawat dan Salam atas Nabi kita Muhammad, atas keluarga beliau, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dan meneladani jejak-jejak mereka dengan baik sampai hari kiamat.
Semoga bermanfaat
wallohu a’lam bish showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar