Mengenang masa-masa awal menikah, tentu kita dapat menemukan begitu banyak pengalaman menarik dalam membina hubungan dengan pasangan kita. Tidak hanya yang memilih menikah dengan proses ta’aruf (perkenalan) begitu pula dengan proses yang lainnya. Saat seorang pemuda dan pemudi akhirnya sepakat untuk mengikat janji menuju sebuah pernikahan, setelah mengetahui dan menyukai beberapa kesamaan dan perbedaan yang ada.
Awalnya semua perbedaan tak menjadi masalah, karena kedua belah pihak secara sadar dan sabar berusaha menerima, menikmati, memahami dan menghargai setiap perbedaan yang ada. Pasangan baru biasanya sangat ingin selalu dekat, merasanya nyaman terus bersama. Semua berlangsung sangat ideal dalam berhubungan dan berkomunikasi.
Tidak ada gunanya menghakimi
Menilai keburukan pasangan adalah hal yang harus dihindari dalam
sebuah hubungan. Ketahuilah bahwa hubungan yang sehat dilandasi oleh usaha dari
kedua belah pihak untuk melakukan yang terbaik. Memahami kekurangannya adalah
cara yang terbaik.
Setiap individu butuh ruang
Meskipun tengah menjalani hubungan percintaan, setiap orang
tetap membutuhkan ruang untuk diri sendiri. Dengan saling memberikan ruang
pribadi kepada pasangan, hubungan bisa terpelihara dengan baik.
Selalu ada jalan tengah
Berada dalam suatu hubungan, Anda harus sering melakukan
kompromi. Bukan memaksakan ego masing-masing. pahami juga bahwa setiap masalah
selalu ada jalan tengah yang tidak merugikan siapapun.
Empati
Memahami ego hubungan bukanlah hal sederhana. Kuncinya, rasa
empati pada apa yang orang lain rasakan untuk mengubah semua hal menjadi lebih
mudah. Ego hanya akan menghalangi Anda dan pasangan dalam melihat
kebenaran.
Diskusikan dengan teman
Terkadang Anda dan pasangan terjebak dalam dunia sendiri dan
hanya melihat sisi negatif satu sama lain. Lakukanlah pembicaraan dengan
sahabat yang mungkin memiliki pandangan berbeda. Ini sangat mungkin membantu
Anda mengatasi masalah ego dalam hubungan.
Hadapi kenyataan
Sebelum sampai pada satu kesimpulan, pastikan ada kebenaran yang
diketahui. Apakah hubungan masih dapat dikompromikan atau tidak. Buatlah keputusan
tepat, untuk menghindari sikap skeptis terus menerus. (eh)
Beda Pendapat suami istri
Momentum ini sebenarnya sangat baik untuk membuat program dan
perencanaan arah biduk rumah tangga ke depan. Inilah masa-masa yang
kita kenal dengan istilah berbulan madu, saat usia pernikahan masih sangat
muda. Biasanya kondisi ini bertahan sampai bulan ke-6 sejak hari pernikahan.
Mulai bulan ke-6 beriringan dengan bergantinya waktu, bertambahnya
amanah, berubahnya tanggung jawab, ditambah lagi dengan persoalan finansial.
Hari demi hari yang dilalui, semakin tampaklah perbedaa-perbedaan, sedikit demi
sedikit. Kata orang “keluar aslinya”, konflik mulai bermunculan sebagai letupan
perasaan kecewa pada pasangan.
Disini ujian tahap awal pernikahan dimulai, masih tetap ikhlas
atau malah terganggu niat awal menikah setelah mengetahui sifat dan karakter
asli dari pasangan kita.
“Kemudian bila kamu tidak menyukai
(pasangan hidup kalian, maka bersabarlah), karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu (dari mereka), padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak.” (QS An Nisa : 19)
Berbagi pengalam pribadi. Saya adalah seorang laki laki yang
dilahirkan, dibesarkan dalam kerasnya budaya dan adat istiadat suku Batak. Lima
tahun yang lalu, saya menikahi seorang muslimah dari suku jawa yang
bisa dikatakan memiliki sifat yang sangat lembut jika dibandingkan dari pola
yang ada di keluarga besar saya di Sumatera Utara. Istri saya waktu itu baru saja
menyelesaikan kuliahnya, sedang saya masih berstatus mahasiswa.
Har-hari pertama usai akad nikah menjadi pengalaman yang unik, karena
masih sama-sama malu, berjalan bersama masih kikuk, menyampaikan maksud hati
penuh dengan kebingungan, sebentar-sebentar memandang wajahnya dan bertanya
dalam hati : ”kamu ya istriku?”, “kog bisa?”, subhanallah. Intinya semua terasa
indah dalam menikmati pengalaman baru mengakrabkan diri, dengan seseorang yang
baru dalam hitungan hari kita kenal, ternyata dialah pendamping hidup sepanjang
hayat. IsnyaAllah…
Yang saya ingat setelah memasuki pekan ke dua pernikahan kami,
adalah pertama kali saya merasa kebingungan yang belum pernah sebelumnya saya
rasakan. Saat saya mendapati istri saya menangis tanpa diketahui sebabnya. Saya
memberanikan diri untuk bertanya. “Saya menagis karena bahagia.” jawabnya
sambil tersenyum dan menghapus air matanya. Satu kata yang ada dipikiran saya :
“wanita memang aneh.”
Ya menurut saya waktu itu memang aneh, ternyata perempuan itu bisa
menangis sampai sesenggukan, kemudian dalam hitungan detik bisa langsung
tersenyum dan bercanda kembali. Apa kalimat yang pas dengan fenomena ini? Maka
saya mulai memberi label ini salah satu dari “Mahakarya ciptaan Allah”.
Semakin hari, saya banyak belajar dari kebersamaan, memahami
perbedaan-perbedaan yang ada. Saya dan istri saya tidak lah cocok, kami
memiliki selera yang berbeda dalam memilih menu makanan, kami memiliki
pandangan yang berbeda tentang mengelola keuangan, kami memiliki perbedaan
konsep dalam mendidik dan mengasuh anak, kami memiliki perbedaan dalam
menyikapi orang tua kami, kami memiliki perbedaan dalam kebiasaan tidur , kami
memiliki perbedaan dalam memilih aktifitas di waktu luang kami. Dan masih
banyak lagi perbedaan kami. Dari perbedaan kebiasaan dan banyak hal kami sering
berbeda pendapat, namun Alhamudulillah tidak pernah sampai bertengkar. Ini
salah satu keindahan lain menikah karena dakwah, sedemikian banyak perbedaan
kami tidak menjadi kendala bagi kami mengayuh biduk rumah tangga, karena semua
perbedaan itu diikat dengan semua ikatan yang kuat apalagi kalau bukan ikatan
visi dakwah dan mengharap keridhaan Allah.
Tiba tiba saya teringat sebuah nasehat Ust. Anis Matta dalam
sebuah rekaman ceramah pranikah. Beliau mengatakan :
“kita
tidak sedang mencari pasangan yang cocok, tapi pasangan yang tepat.”
Saya dan istri awalnya merasa memang bukan pasangan yang cocok,
ibarat bahasa anak muda sekarang, saya mungkin bukan “tipe” yang di idamkan
istri saya, begitu pula sebaliknya. Dalam perjalan rumah tangga kami sampai
hari ini, ternyata kami merasa bahwa kami adalah pasangan yang tepat. Keragaman
ide dan perbedaan justru membuat keluarga kami banyak memiliki pilihan pilihan
sebelum mengambil keputusan.
“Kemudian bila kamu tidak menyukai
(pasangan hidup kalian, maka bersabarlah), karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu (dari mereka), padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak.” (QS Ani Nisa : 19)
Sahabat,
Dalam pernikahan yang terpenting adalah senantiasa memperbaharui
niat kita tentang tujuan menikah. Senantiasa menyegarkan kembali tekat menikah
untuk memasuki jenjang berikutnya setelah meng-ishlah diri,
yaitu dengan membina keluarga muslim, meyiapkan peradaban, menegakkan kalimat
Allah di muka bumi, semata-mata hanya mengharap keridhaan Allah. Maka
insyaAllah rumah tangga kita akan terhindar dari perseteruan suami istri saat
terjadi perbedaan pendapat maupun karakter dengan pasangan kita.
Bila terjadi perbedaan pendapat dengan pasangan kita, sebagai
suami hendaklah :
·
Bersabar dalam menahan diri
dari segala bentuk kekasaran dalam kata dan perbuatan. Tetaplah baik dan lemah
lembut.
“Yang
terbaik diantara kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya” (H.R. Ibnu
Majah)
·
Jadilah pendengar yang baik
saat pasangan kita menyampaikan pendapatnya, berikan kesempatan pasangan kita
menyelesaikan argumentasinya, tak perlu disela dan di debat. Setelah pasanganan
kita selesai barulah kita menyampaikan pula pendapat kita secara lemah lembut
dan tentu ide-ide yang objektif dan masuk akal.
·
Perhatikan “pich control”
dalam menyampaikan pendapat. Seorang suami yang berbicara dengan nada yang
rendah misal menggunakan nada “Bass” akan lebih memberi kesan berwibawa jika
dibandingkan bila Anda berbicara dengan nada “tenor”. Intinya pastikan Anda selalu
memperhatikan kelemah lembutan dalam berbicara, karena yang anda hadapi adalah
mahluk Allah yang “halus”.
Dalam
sebuah riwayat dikatakan seorang sahabat bertanya pada ‘Aisyah ra : “Bagaimana
keadaan Rosulullah saw ketika bersepi sepi bersama isteri di rumahnya?” jawab
‘Aisyah ra: “Sangat lembut tertawa dan senyumnya (amat romantis)”
Thobaqot Qubro 1 : 365
·
Hal penting lainnya yang
perlu diperhatikan adalah kemampuan mengenali perasaan yang ada didalam hati
kita, kemudian berlatih bagaimana mengungkapkan perasaan kita kepada orang
lain. Mengelola perasaan sangat penting karena ternyata perasaan itu mempengaruhi
cara kita berpikir.
Semoga Allah memberkahi rumah tangga kita, perbedaan dalam berumah
tangga adalah sesuatu yang lumrah dan memang perlu dinikmati. Perbedaanlah yang
menjadikan biduk rumah tangga kita lebih semarak dalam harmoni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar