keluarga yang penuh dengan cinta kasih, sukses di rumah, sukses di kantor

keluarga yang penuh dengan cinta kasih, sukses di rumah, sukses di kantor

Kamis, 29 September 2011

Jangan jadi Pengecut

 Ksatria


Sifat ksatria adalah benteng kemuliaan diri. Menjadi Muslim harus terhormat, bermartabat, tidak menjadi sasaran penghinaan dan penistaan. Karena itu, Muslim dilarang bersikap rendah dan lemah diri. ''Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan pula bersedih hati, padahal kamulah orang paling tinggi (derajatnya), jika kamu beriman.'' (QS Ali Imran [3]: 139).


----------

Oleh : Muhbib Abdul Wahab


Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa suatu hari Rasul SAW didatangi oleh seseorang yang ingin berkonsultasi. Orang itu bertanya, ''Ya Rasulullah, apa pendapatmu jika ada orang hendak mengambil hartaku?'' ''Jangan kau berikan hartamu kepadanya!''
''Bagaimana kalau orang itu akan membunuhku?''
''Lawanlah dia!''
''Bagaimana jika ia benar-benar membunuhku?''
''Engkau mati syahid.''
''Bagaimana jika aku yang membunuhnya?''
''Dia akan masuk neraka,'' tegas Rasul.
Dialog konsultatif tersebut mengisyaratkan bahwa setiap Muslim harus berjiwa ksatria demi kemuliaan diri (izzah). Berani karena benar, dan rela berkorban demi membela kebenaran.

Sifat ksatria adalah benteng kemuliaan diri. Menjadi Muslim harus terhormat, bermartabat, tidak menjadi sasaran penghinaan dan penistaan. Karena itu, Muslim dilarang bersikap rendah dan lemah diri. ''Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan pula bersedih hati, padahal kamulah orang paling tinggi (derajatnya), jika kamu beriman.'' (QS Ali Imran [3]: 139).

Jiwa ksatria menempa Muslim untuk tegar dalam menghadapi cobaan iman, tampil dengan etos kerja dan produktivitas yang tinggi, dan semangat bersaing yang kuat. Umar bin Al-Khattab pernah menyatakan, ''Dahulu (sebelum Islam) kami sungguh hina dan tidak bermartabat. Lalu Allah membuat kami mulia dengan berislam. Jika mencari kemuliaan di luar Islam, maka Allah akan membuat kita hina.''

Nabi SAW adalah teladan ksatria dalam banyak hal. Beliau ksatria dalam mengakui kekhilafan dan kekurangannya dengan banyak beristighfar. Beliau ksatria dalam memimpin perang melawan musuh yang jauh lebih banyak jumlahnya. Beliau ksatria dalam mengambil keputusan dengan cepat dan tepat di saat diperlukan. Beliau ksatria dalam membela kaum miskin dan tertindas.

Beliau ksatria dalam menegakkan keadilan hukum bagi siapa pun yang berperkara. Beliau ksatria dalam melindungi dan membahagiakan rumah tangganya. Beliau juga ksatria dalam berbisnis: bersikap jujur, terbuka, dan tidak curang. Beliau ksatria dalam membedakan antara urusan pribadi dan urusan umat, sehingga beliau selalu bertindak penuh kemuliaan, keadilan, dan kemanfaatan bagi semua. Sudah saatnya kita memperbaiki diri agar memiliki jiwa yang tangguh, sesuai tuntunan Islam (Republika).



Jangan Main Keroyok


Main keroyok saat ini menjadi gejala yang mewabah di seluruh segi kehidupan manusia Indonesia. Tidak hanya pelajar, mahasiswa antara kelompok masyarakat tertentu mempunyai tradisi main keroyok. Bila dianalisa secara ilmu sosiologi dan psikologis masa maka faktor resiko dan penyebabnya sangat rumit dan kompleks. Sehingga tidak mudah bagi siapapun untuk menyelesaikan masalah sosial klasik ini. Tetapi bila dicermati pelaku main keroyok adalah wajah seorang pengecut dalam menyelesaikan konflik. Pelaku hanya berani bertindak atau berteriak bila dilakukan beramai-ramai. Dalam menyelesaikan konflik dengan pihak lain pelaku tidak melakukan secara cerdas dan dewasa dan jantan.
Seringkali main keroyok itu diawali dengan hal sepele. Hal sepele bisa saja karena masalah cewek, saling ejek atau masalah remeh lainnya. Segala sumber main keroyok adalah konflik antara kelompok berbeda. Sebenarnya sumber konflik itu diawali oleh konflik individu. Tetapi pelaku konflik tidak dewasa, tidak cerdas dan sangat pengecut dalam menyelesaikan konflik. Sehingga begitu perseteruan pribadi itu tidak dapat diselesaikan maka ikut menyeret kelompok atau gang dari individu tersebut. Perseteruan itu semakin tersulut ketika melibatkan dua kelompok besar yang mempunyai sejarah berseteru sejak lama. Bila kebersamaan kelompok, harga diri kelompok atau ego kelompok teraniaya meski hanya diawali perseteruan individu salah satu anggotanya sudah menjadi konflik milik kelompok itu. Hal ini akan lebih rentan bila kelompok itu hidup dan beraktifitas secara rutin kontak sosial dalam tempat yang berdampingan.
Teori bahwa pelaku main keroyok tidak berpendidikan juga salah. Karena ternyata terdapat beberpa kelompok mahasiswa di Lampung yang saat di wisudapun melakukan main keroyok. Hal ini menjukkan bahwa pendidikan tinggi selama 4 tahun di kampus tidak bisa mengubah manusia bergenetik main keroyok.
Sikap Pengecut
Seharusnya bila seorang tidak pengecut dan cerdas maka dalam menyelesaikan konflik itu tidak perlu diselesaikan secara kelompok. Bila ada masalah perebutan cewek misalnya maka seharusnya pelaku tadi berkomunikasi atau menyelesaikan secara langsung dengan seteru lainnya. Bila memang tidak bisa diselesaikan secara beradab atau terpelajar maka sebaiknya konflik tersebut diselesaikan secara fisik satu persatu. Secara jantan pelaku konflik itu melakukan perkelahian “man to man”. Bila salah satu kalah harus secara jantan mengakui kekalahannya dan mundur dari konflik itu. Tetapi cara penyelesaian itu sangat tidak beradab dan tidak berpendidikan. Bila perkelahian “man to man” itu tidak dikatakan beradab maka main keroyok bisa disebut sangat tidak beradab, pengecut dan tidak jantan.
Biasanya pelaku main keroyok tersebut hanya berani berkelompok dan bersikap layaknya seorang pengecut. Hal ini tampak saat terjadi main keroyok ke dua kelompok biasanya jarang ada melakukan konflik fisik secara langsung. Biasanya konflik fisik itu hanya jarak jauh saling melempar batu atau kalaupun jarak dekat menggunakan senjata bambu, tali berbeban atau tongkat dengan jarak yang terjaga. Jarang sekali konflik itu dilakukan dengan tangan kosong secara berdekatan.
Biasanya karakteristik pelaku yang pengecut biasanya besar omong, suka menggertak tapi bernyali kecil. Individu seperti ini biasanya di dalam kelompok formal di sekolah atau di kampus posisinya tersisih dan terabaikan. Bisa karena tidak berprestasi, tidak punya kemampuan yang ditonjolkan. Karena sikap dan perilakunya sering diasingkan oleh pacar atau temannya. Bisa juga karena di dalam keluarganya terasingkan karena masalah komunikasi antar keluarga yang tidak berkualitas. Inviduvidu seperti ini biasanya tidak berani bersuara atau menunjukkan perilaku yang dapat dibanggakan dalam kelompok yang formal seperti lingkungan sekolah atau kampus. Kelompok pengecut ini biasanya justru berani omong besar. dan bertindak jagoan dalam kelompoknya sendiri yang eksklusif. Sayangnya individu yang terasing dari lingkungan formal dan keluarga semacam ini justru akan membentuk kelompok yang ekslusif karena di lingkungan formal dan keluaraga dia tidak terlalu dihargai dan tidak ada yang bisa dibanggakan.
Main keroyok klasik antara kelompok itu sampai akhir jaman tampaknya tidak akan hilang bila berbagai faktor penyebab yang rumit itu masih terpelihara subur. Tetapi yang pasti secara sosial dan psikologis yang sangat rumit itu pelaku main keroyok adalah wajah seorang pengecut, tidak cerdas dan tidak jantan.


http://www.oaseqalbu.net/modules.php?name=News&file=article&sid=587
http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/22/tawuran-wajah-buram-seorang-pengecut/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar