Jangan berharap mendapatkan suami ideal saat seorang wanita
memutuskan untuk menikah. Sungguh ia hanya menikah dengan seorang lelaki
yang biasa saja, yang akan melakukan pembelajaran bersama, berproses
bersama, menuju kepada kondisi ideal yang diharapkan. Proses inilah yang
harus dilakukan dengan konsisten dan penuh kesabaran, karena teramat
banyak kendala menyusuri setiap langkah dan konsekuensinya.
Semua orang selalu memiliki sisi kelebihan dan kekurangan, maka saat
mengawali hidup berumah tangga, setiap laki-laki dan perempuan harus
menyiapkan diri untuk menghadapi semua sisi yang dimiliki pasangannya.
Tidak boleh hanya siap menghadapi sisi kebaikannya dan tidak siap
melihat sisi kekurangan pasangan. Mungkin saja masih amat banyak
kekurangan pasangan, namun bukankah kita semua tengah melakukan sebuah
proses menuju kondisi yang lebih baik ?
Kadang dijumpai seseorang yang tidak sabar menghadapi kekurangan dan
kelemahan pasangan. Ia tidak mau menerima kenyataan bahwa dalam diri
pasangannya ada hal yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapannya.
Padahal pasangannya tengah berusaha melakukan proses dan usaha agar bisa
sesuai harapan, namun namanya proses, tidak semudah membalik telapak
tangan. Semua pihak harus bersabar dan memahami adanya proses dan usaha
yang tengah dilakukan oleh pasangannya.
Mencari Suami Ideal di Rumah Sendiri
Tidak ada toko yang menjualnya. Tidak ada lembaga yang
menyediakannya. Tidak ada instansi yang memiliki stock dan siap
dibagi-bagikan kepada para perempuan lajang yang akan menikah. Suami
ideal itu didapatkan di rumah tangga yang dibentuk antara seorang lelaki
biasa dan seorang wanita biasa. Didapatkan dari sebuah prosesi
pernikahan yang sah, yang ditindaklanjuti dengan konsistensi kedua belah
pihak, untuk berproses menuju kondisi ideal.
Konon, “hanya lautan dengan ombak hebat yang bisa melahirkan pelaut
tangguh”. Ya, bukan lautan yang tenang, justru laut yang bergelombang.
Gangguan, cobaan, ujian yang dihadapi keluarga dalam kehidupan
sehari-hari, akan membentuk karakter sebagai suami dan sebagai istri
yang semakin berkualitas ideal. Maka, wajar di awal pernikahan, baik
suami maupun istri berada dalam situasi “culun”, polos, dan apa adanya,
karena belum menghadapi benturan dengan ombak kehidupan keluarga.
Seorang lelaki yang telah membina kehidupan rumah tangga selama tiga
puluh tahun, tentu lebih memiliki perspektif yang luas dan dalam tentang
sosok suami ideal, dibandingkan dengan lelaki yang baru setahun
menikah. Demikian pula, lelaki yang telah memiliki anak dari hasil
pernikahannya, akan memiliki gambaran yang lebih kuat tentang suami
ideal, dibanding dengan lelaki lajang yang baru akan melaksanakan
pernikahan. Kita tidak bisa membandingkan mereka semua, karena tidak
berada dalam kondisi dan situasi yang bisa dibandingkan.
Artinya, “jam terbang” menjadi memiliki arti. Pilot yang pertama kali
terbang tidak bisa dibandingkan dengan pilot senior yang sudah ribuan
kali memimpin penerbangan. Jam terbang mereka tidak bisa dibandingkan.
Untuk itulah, jangan bandingkan suami Anda dengan lelaki lain, karena
semua orang memiliki kondisi yang berbeda. Tidak layak membandingkan
suami Anda dengan suami orang lain.
“Menurutku, pak Budhi itulah sosok suami ideal”, kata Rita kepada
suaminya, Bambang. “Ya benar. Budhi itu suami ideal, karena Novie juga
istri ideal”, jawab Bambang membalas omongan istrinya.
Tidak perlu mencari-cari dari orang lain. Pada diri suami
satu-satunya yang ada di rumah Anda dan selalu mendampingi Anda itulah,
Anda akan mendapatkan sosok suami ideal. Jangan menyesali pernikahan
yang sudah dengan sadar Anda laksanakan. Yang paling penting justru
melakukan proses secara konsisten dan kontinyu, untuk membentuk berbagai
karakter ideal dalam diri suami dan istri, agar masing-masing menuju
kondisi yang lebih baik.
Membantu Suami Menjadi Ideal
Dalam kehidupan keluarga, semua pihak saling memberikan pengaruh,
positif maupun negatif. Seluruh problematika dalam kehidupan rumah
tangga selalu ada andil dan kontribusi dari kedua belah pihak, suami dan
istri. Maka, jika menghendaki memiliki suami ideal, para istri harus
membantu suaminya untuk selalu berproses menuju kondisi ideal.
Berikan kepercayaan kepada suami, agar ia memiliki perasaan nyaman
karena mendapat kepercayaan dari istri. Hindarkan bentuk kalimat negatif
untuk menyampaikan keinginan karena akan berpotensi menyebabkan suami
merasa diadili dan dihakimi. Gunakan kalimat positif untuk mendorong
suami agar selalu berproses menuju kebaikan.
“Aku benci sekali penampilanmu yang tidak pernah rapi”, ini adalah
contoh kalimat negatif, yang dimaksudkan istri untuk membuat suaminya
tampil lebih rapi. Namun bentuk kalimat negatif seperti ini sejak awal
sudah membuat barrier, suasana yang tidak nyaman pada diri suami, karena
merasa tidak dihargai dan tidak dipercaya.
“Aku bangga sekali menjadi istrimu. Engkau suami yang ganteng dan
selalu bekerja keras demi keluarga. Namun akan lebih ganteng jika engkau
lebih memperhatikan kerapian penampilanmu. Sedikit saja, engkau cuma
perlu lebih rapi dalam berpakaian,” ini adalah contoh kalimat positif
yang lebih terasa nyaman pada hati suami. Sama-sama ingin mengubah
penampilan suami, penggunaan kalimat positif lebih efektif daripada
kalimat negatif.
Itulah di antara cara membantu suami untuk berproses menjadi ideal.
Dia tidak akan bisa menjadi ideal dengan sendirinya, namun perlu proses
bersama. Saling melengkapi, saling menguatkan, saling mengisi, saling
memberi, saling menasihati, saling menjaga, saling memahami proses yang
tengah terjadi.
Nah, Anda bisa mendapatkan sosok suami ideal dari proses dan usaha
yang Anda lakukan bersama pasangan. Seiring sejalan, saling menguatkan
proses dan usaha yang tengah dilakukan, untuk menuju kondisi ideal.
Ciri suami yang ideal:
1.Penuh Semangat
2. Tak Pelit Bilang Cinta
3. Punya Selera Humor
4. Take Care Him Self
5. Bisa Bilang Maaf
6. Rutin Memberi
http://theglobejournal.com/feature/dimana-mencari-suami-ideal/index.php
http://forum.kompas.com/tentang-pria/1260-calon-suami-ideal-10.html
http://aguskribo.multiply.com/notes/item/13?&show_interstitial=1&u=%2Fnotes%2Fitem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar